
Tren Gaya Hidup Sehat 2025: Urban Gardening & Diet Nabati Jadi Pilihan Milenial Kota
Jakarta, 15 Juli 2025 – Di tengah laju kehidupan perkotaan yang semakin cepat, masyarakat urban Indonesia mulai melirik gaya hidup yang lebih sehat, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Dua tren yang paling mencolok di tahun ini adalah urban gardening (berkebun di perkotaan) dan diet nabati (plant-based diet). Fenomena ini tak hanya berdampak pada pola makan, tapi juga merambah ke gaya hidup dan keseharian masyarakat kelas menengah, khususnya generasi milenial dan Gen Z.
Gaya Hidup Sehat sebagai Respons atas Tekanan Hidup Modern
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, tekanan pekerjaan, polusi udara, dan kemacetan telah memicu masyarakat untuk mencari cara hidup yang lebih seimbang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Gaya Hidup Hijau Indonesia (LGHHI), sebanyak 67% responden usia 22–35 tahun menyatakan bahwa mereka tertarik untuk menjalani hidup lebih sehat dan berkelanjutan.
Dr. Marcellina Daryanto, pakar psikologi kesehatan dari Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa tren ini adalah bagian dari self-care movement yang semakin kuat pasca-pandemi.
“Setelah 2020–2022, banyak orang menyadari pentingnya menjaga kesehatan bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental dan emosional. Berkebun dan pola makan sehat terbukti secara ilmiah menurunkan tingkat stres dan kecemasan,” jelasnya.
Urban Gardening: Berkebun di Tengah Hutan Beton
Urban gardening kini menjadi aktivitas gaya hidup yang digemari di kalangan urban. Dari balkon apartemen hingga atap gedung perkantoran, tanaman hidroponik, microgreens, bahkan tanaman obat seperti daun mint dan serai kini ditanam secara mandiri.
Salah satu komunitas yang berkembang pesat adalah “Kebun di Kota”, yang kini memiliki lebih dari 120.000 anggota aktif di seluruh Indonesia. Komunitas ini rutin mengadakan pelatihan online dan offline untuk pemula yang ingin mulai berkebun di lahan sempit.
Rina Novita, seorang pekerja kreatif di Jakarta Selatan yang mengubah balkon apartemennya menjadi kebun mini, mengaku merasa hidupnya jauh lebih sehat dan bahagia.
“Awalnya cuma buat hobi, tapi ternyata berkebun bikin saya lebih mindful, mengurangi stres, dan saya jadi bisa panen sayur sendiri. Sekarang tiap pagi saya panen kangkung dan selada buat sarapan,” ujarnya.
Diet Nabati: Pilihan Sehat dan Etis
Selain berkebun, pilihan konsumsi masyarakat juga mulai bergeser. Diet nabati – yaitu pola makan berbasis tumbuhan seperti sayur, buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan – menjadi gaya makan yang semakin umum. Tidak sedikit restoran yang kini menawarkan menu vegan dan plant-based, bahkan di luar kota besar.
Menurut data dari startup agritech Nabati.ID, permintaan terhadap produk substitusi daging seperti tempe, tahu fermentasi, daging nabati berbasis jamur dan kacang polong meningkat sebesar 220% dalam dua tahun terakhir. Supermarket modern pun kini menyediakan rak khusus produk nabati.
Chef William Lie, juru masak terkenal yang mengusung tema makanan sehat dalam kanal YouTube-nya, mengatakan bahwa kini tidak lagi sulit makan enak dan sehat.
“Plant-based bukan lagi makanan ‘orang sakit’. Sekarang bisa kita olah jadi burger, steak, bahkan rendang versi vegan yang kaya rasa. Masyarakat urban Indonesia sudah semakin terbuka soal ini,” kata William.
Dampak Ekonomi dan Ekologis
Selain manfaat kesehatan, gaya hidup ini juga berdampak pada ekonomi mikro dan pelestarian lingkungan. Munculnya UMKM penghasil sayur organik, pupuk kompos rumahan, hingga katering sehat berbasis nabati menambah dinamika baru dalam ekosistem gaya hidup hijau.
Bahkan, beberapa perusahaan besar seperti GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood kini telah menyediakan kategori khusus untuk restoran “plant-based”, memudahkan pengguna menemukan pilihan makanan sehat.
Di sisi lingkungan, pengurangan konsumsi daging disebut berkontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon. Data dari Climate Tracker Asia mencatat bahwa jika 30% penduduk Indonesia beralih ke diet nabati ringan, emisi gas rumah kaca bisa turun hingga 3,4 juta ton per tahun.
Tantangan dan Masa Depan
Meski trennya naik, urban gardening dan diet nabati masih menghadapi sejumlah tantangan. Tidak semua masyarakat memiliki akses ke bahan segar, alat berkebun, atau informasi nutrisi yang akurat. Selain itu, persepsi bahwa makanan sehat itu mahal masih menjadi kendala.
Namun demikian, pemerintah dan berbagai komunitas mulai ikut bergerak. Kementerian Kesehatan RI pada awal Juli 2025 meluncurkan program nasional “Taman Pangan Mandiri”, yang mengajak warga kota untuk memanfaatkan ruang terbatas menjadi kebun konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, platform edukasi digital seperti SkillAcademy, Pintaria, dan RuangKelas sudah menyediakan kursus singkat gratis tentang nutrisi sehat dan berkebun urban, menjangkau lebih dari 500.000 pengguna.
Kesimpulan
Gaya hidup sehat berbasis tanaman dan keterhubungan dengan alam kini bukan lagi sekadar tren sesaat, melainkan menjadi bagian dari perubahan budaya masyarakat urban Indonesia. Generasi muda tak hanya ingin hidup lebih lama, tapi juga lebih bermakna dan bertanggung jawab terhadap bumi.
Dengan urban gardening dan diet nabati, mereka menemukan cara baru untuk menjalani hidup yang lebih seimbang, produktif, dan sehat – semua dimulai dari rumah mereka sendiri.
Kategori
- AkTOR
- Alam
- Balapan
- Beasiswa
- Berita Viral
- Bisnis
- Budaya
- Bunga
- Chef
- Dampak
- Daur Ulang
- Diplomasi
- Diplomasi
- Duka
- E-Sports
- Ekonomi
- Energi
- Eskalasi
- Finansial
- Game
- GameMobile
- GameRPG
- GayaHidup
- Global
- Gunung
- Hewan
- Hiburan
- Hidup Sehat
- Hujan
- Hukum
- Hukum Kriminal
- Iklim
- Insiden
- Internasional
- Investasi
- Kasus
- Kesehatan
- Klarifikasi
- Kriminal
- Liga Spanyol
- Mahasiswa
- Masakan
- Motogp
- Musisi
- Nasional
- Olahraga
- Pasangan
- Pengelola
- Prestasi
- Selebriti
- Sepak Bola
- Sport
- Tarif
- Tragis
- Transfer Pemain
- Travel
- Viral
- Wilayah
- Wisata